rss

Sabtu, 17 Oktober 2009

Nilai Plus Investasi Properti

Pada masa sekarang, berinvestasi haruslah dilakukan lebih cermat. Kondisi makro memang cenderung stabil, namun sikap hati-hati harus diutamakan menghadapi terjadinya perubahan-perubahan cepat. Dalam situasi seperti ini, properti masih menjadi intrumen investasi yang memiliki nilai lebih.

Sebagai instrumen investasi, properti betul-betul menarik. Tingkat likuiditasnya moderat, namun imbal hasil return dan capital gain per-tahun rata-rata cukup tinggi. Lebih spesifik lagi yang tidak dimiliki intrumen lainnya yakni, properti adalah barang investasi yang dapat dinikmati.

Instrumen properti tidak sama dengan umumnya instrumen investasi lain yang mudah dipengaruhi oleh faktor eksternal. Harga rumah tentu berubah, namun butuh periode tahunan. Tapi harga-harga di bursa saham sangat mungkin berfluktuasi dengan cepat karena isu ekonomi, politik dan keamanan dalam negeri.

Berbeda dengan negara lain, hampir tidak pernah dalam sejarah di Indonesia nilai properti mengalami penurunan. Salah satunya karena kultur orang Indonesia yang masih memiliki kebiasaan mewariskan properti ke anak-cucu. Lalu bagaimana prospek investasi properti di Indonesia saat ini?

Dengan selesainya pemilihan presiden, pengembang melihat sekarang adalah momentum yang tepat untuk investasi properti. Momentumnya adalah momentum beli (buyer’s market)

Tahun 2008 lalu orang menahan untuk investasi karena suku bunga KPR masih tinggi, tapi sekarang dengan turunnya BI rate, kecenderungan akan berubah kondusif. Ekonomi yang mulai kondusif ini akan mendorong bank-bank berkompetisi lagi untuk menurunkan bunga KPR.

“Kalau bunga bank turun, akibatnya demand akan tinggi, otomatis kita dari sisi supply tidak akan tinggal diam tapi akan bereaksi dengan menaikkan harga. Kalau nanti bank sudah menurunkan bunga KPR, tidak ada ampun lagi kita akan menaikkan harga jual,” jelas Wahyu Sulistio, GM Corporate Communication PT Metropolitan Land.

Saat ini, para pengembang masih bermain dengan harga yang relatif sama dengan harga beberapa bukan ke belakang. Karena belum semua bank menurunkan bunga KPR, harga properti belum bisa dinaikkan. Namun para pengembang sudah punya program-program seperti subsidi bunga, paling tidak untuk mendorong konsumen melakukan pembelian.

“Kami berharap saat konsumen melanjutkan KPR di tahun kedua, bunga bank sudah rendah. Kalai kondisi ini terjadi, booming properti seperti tahun 2004/2007 akan terjadi lagi,” tambah Wahyu.

Pertumbuhan kawasan

Investasi properti selalu berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan infrastruktur kawasan. Bintaro Jaya yang sebelumnya “tidur” selama 15-20 tahun bisa disebut sekadar contoh. Memang sejak dulu Bintaro sudah menarik karena lokasinya di selatan Jakarta, namun dengan menyambungnya JORR dari Pondok Indah hingga BSD City yang melaluinya, nilai investasi kawasan ini melompat lebih jauh.

Prospek pertumbuhan kawasan inilah yang perlu dilihat seksama sebelum berinvestasi properti. Para pengembang tentu berharap infrastruktur kawasan di sekitarnya tumbuh lebih pesat. Pengembang PT Metropolitan Land, misalnya, ingin produk-produknya bisa mendapat kemewahan infrastruktur ke depan. Taman Cileungsi, Taman Metropolitan dan Permata Metropolitan berharap segera menikmati jalur Cimanggis-Cibitung. Bahkan Taman Cileungsi yang memiliki segmen konsumen menengah ke bawah saat ini pun sudah diuntungkan karena ikut terdongkrak nilainya dengan ekspansifnya perkembangan sabuk Cibubur seperti Kota Wisata, Raffles Hills, Citra Gran dan perumahan lain.

Sementara, Menteng Metropolitan berharap tersambungnya Cilincing-Tanjung Priok, Puri Metropolitan menunggu keputusan adanya akses arteri yang menuju ke tol Jakarta-Merak. Akses ini akan menghubungkan Jakarta-Merak dengan Bandara Soekarno-Hatta yang membelah perumahan Puri Metropolitan tahap berikutnya.

Investor Murni

Dari sisi investor murni, yang perlu dipertimbangkan tinggal menimbang berbagai aspek lainnya dalam investasi properti, serta produk apa yang dipilih. Pilihan terbentang mulai membeli rumah tinggal, ruko, membangun rumah sewaan, bangunan komersial lainnya atau bahkan tanah kosong.

Perlu dipahami kendari properti seringkali menjadi pilihan utama orang untuk mengembangkan harta kekayaannya, namun bukannya properti tidak beresiko. Yang diperlukan adalah menghitung resiko secara seksama. Para penyewa yang telat membayar sewa rumah, pindah tanpa memberitahu, bangunan yang rusak dan kendala-kendala apapun yang bisa terjadi harus siap dihadapi.

Mereka yang memang berniat menginvestasikan uangnya dalam bentuk properti sepertinya perlu menyimak nasihat perencana keuangan, Ligwina Hananto, yakni investor harus memiliki tujuan investasi yang jelas. Kemampuan membayar down payment, sekaligus membayar cicilan hingga lunas wajib menjadi pertimbangan utama.

”Properti itu fungsinya untuk menghasilkan uang, bukan yang akan kita pakai atau tempati. Rumah, apartemen, ruko atau kios harus menghasilkan,” tegas penasihat keuangan dan investasi, Ligwina Hananto dalam perbincangan dengan Kompas beberapa waktu yang lalu.

Investasi properti juga harus berdasarkan tujuan keuangan. Selain memberi patokan untuk memulai investasi properti, tujuan keuangan juga berguna saat investor merasa perlu mengambil langkah tertentu, serta mengantisipasi segala resiko. Setelah semuanya jelas, barulah investasi proeprti bisa dieksekusi. Selamat berinvestasi!

0 komentar:


Posting Komentar

Followers

 

Banner Product

Banner Product

Banner Product